Nagari Mungo, Lima Puluh Kota – Nagari Mungo merupakan salah satu nagari di Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Saat ini, nagari ini memiliki 11 jorong, yaitu Indobaleh Timur, Indobaleh Barat, Koto Bakuruang, Pincuran Tinggi, Talaweh, Kayu Bajajar Padang Laweh, Balai Gadang Atas, Balai Gadang Bawah, Tanjung Tangah, Batu Labi, dan Bukit Gombak Situak.
Meskipun telah melakukan berbagai upaya pembangunan, Nagari Mungo menghadapi tantangan yang membutuhkan alat dan kajian strategis agar pembangunan tetap lancar dan berkelanjutan.
Sejarah Nagari Mungo
Nagari Mungo berdiri sekitar tahun 1612 Masehi. Sejak awal, nagari ini dikenal karena ikan gurami dan ternaknya. Nenek moyang Nagari Mungo berasal dari Pariangan, Padang Panjang, dan bergerak melalui Sungai Jambu, Sungai Patai, hingga menetap di Luak Begak Tanjung Bungo, yang menjadi bataratak (pusat) nagari.
Pendiri awal nagari antara lain:
- Dt. Simalakiau, nenek moyang orang Payobadar Nan Kayo
- Dt. Simabagariang, nenek moyang orang Kampai Lakuang
- Dt. Simabagaga, nenek moyang orang Patopang
Nama “Mungo” sendiri berasal dari kata “Bungo”, karena bunga kayu Andaleh yang jatuh di wilayah ini. Dalam dialek lokal, Bungo menjadi Mungo.
Perkembangan dan Struktur Nagari
Nagari Mungo terbentuk melalui proses sosial dan gotong royong oleh rombongan-rombongan penduduk awal. Awalnya ada 24 kampuang (kelompok kampung) yang kemudian berkembang menjadi 28 kampuang. Struktur adat mengikuti sistem Koto Piliang dan dilengkapi perangkat adat seperti bataratak, balai, masjid, balubuah, batapian, dan bapadang gembalo.
Pemerintahan dan Kepala Nagari
Sebelum masa penjajahan, Nagari Mungo diatur oleh Pucuak Adat. Saat penjajahan Belanda, nagari dipimpin oleh kepala nagari. Masa Jepang, kepala nagari dipimpin oleh Nawawi Dt. Parpatiah nan Sabatang. Seiring perjalanan waktu, sistem pemerintahan berubah, hingga Nagari Mungo kembali menjadi nagari resmi sesuai Perda No. 01 Tahun 2001.
Pada tahun 2008, Syafri menjadi Wali Nagari termuda di usia 30 tahun. Di bawah kepemimpinannya, Nagari Mungo terus membangun sektor ekonomi, sosial, dan budaya dengan prinsip pembangunan partisipatif, selaras dengan kebijakan Kabupaten, Provinsi, dan Nasional.
Keadaan Alam dan Ekonomi
Nagari Mungo memiliki batas-batas alami dan administratif yang jelas:
- Utara: Batang Sinamar/Nagari Taram
- Selatan: Gunung Sago/Kabupaten Tanah Datar
- Barat: Nagari Andaleh dan Sei Kamuyang
- Timur: Nagari Bukit Sikumpa dan Labuah Gunuang
Penduduk Nagari Mungo berjumlah sekitar 9.090 jiwa (2010). Mata pencarian utama adalah pertanian, peternakan, dan perikanan, dengan dua komoditi unggulan: perikanan dan peternakan.
Dengan sejarah yang kaya dan pembangunan yang terus berjalan, Nagari Mungo menjadi contoh nagari yang berakar kuat pada adat, tetapi tetap modern dalam pengelolaan pemerintahan dan pembangunan masyarakat.






